Ketua: Sarah
Anggota:
Caroline
Suryany
Risya
Halim
1)
SLB-A: untuk tuna netra
·
Tuna netra dibagi menjadi dua, yaitu:
kebutaan total dan low vision
·
Media-media yang digunakan:
a. papan
baca (kenop)
b. reglette
dan stilus (pena) : alat tulis manual
c. mesin
tik Braille
d. kaset
/ tape recorder
·
Metode pengajaran:
a. metode
ceramah
b. metode
tanya jawab
c. metode
diskusi
d. metode
sorogan
→ adanya bimbingan
langsung dari guru kepada anak didik sehingga guru dapat mengetahui langsung
sejauh mana kemampuan anak didiknya dalam memahami suatu materi pengajaran
e. metode
bandongan
→ kebalikan dari metode
sorogan. Guru memberikan penjelasan materi kepada anak didik tidak secara
perorangan
f. metode
drill
→ dapat diterapkan jika
materi yang disampaikan dan media yang digunakan mampu mendukung mereka untuk
memahami materi pelajaran
·
Manajemen kelas: gaya seminar / bentuk
U, guru duduk di tengah-tengah murid sehingga dapat berinteraksi langsung
dengan murid.
·
Gaya penataan kelas: gaya otoritatif,
karena guru yang mengontrol langsung materi yang diberikan kepada murid.
2)
SLB-B: untuk tuna rungu, tuna
wicara
·
Media yang digunakan:
a. audiometer:
mengukur taraf kehilangan pendengaran seseorang
b. hearing
aids: untuk mendengar
c. tape
recorder: mengontrol hasil ucapan yang direkam
d. spatel:
membetulkan posisi bicara
e. audio
visual: film, video, tv
f. cermin:
mengucapkan sesuatu dengan artikulasi yang baik
·
Metode pengajaran: Teacher Centered
Learning (TCL), metode ini dipilih agar guru dapat membimbing murid secara
langsung sehingga para murid bisa fokus pada proses belajar-mengajar.
·
Gaya penataan kelas: gaya auditorium,
karena penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak.
Ini dapat membantu guru dalam mengawasi seluruh kelas.
3)
SLB-C: untuk tuna grahita
·
Tuna grahita dibagi menjadi dua, yaitu:
a. educable
(retardasi mental ringan) → SLB-C
b. trainable
(retardasi mental moderat) → SLB-C1
Metode pengajaran: metode ceramah
·
Manajemen kelas:
a.
SLB-C: gaya seminar / bentuk U, guru
akan lebih mudah untuk menjangkau murid-muridnya sehingga guru lebih mudah mengetahui apa yang dilakukan murid dan
mengetahui apakah murid sudah mengerti atau tidak
b.
SLB-C1: gaya klaster, gaya susunan kelas dimana sejumlah murid bekerja
dalam kelompok kecil. Pada gaya penyusunan ini anak dapat berusaha untuk
mengerjakan keterampilan mereka secara bersama-sama. Atau dapat juga digunakan gaya off-set, gaya susunan kelas dimana
sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama
lain. Gaya ini dilakukan apabila guru ingin menguji murid satu per satu dengan
keterampilan yang mereka miliki yang membutuhkan konsentrasi sehingga mereka tidak
slaing menggangu satu sama lain
·
Gaya penataan kelas: gaya otoritatif,
melibatkan murid dalam kerja sama take and give dan menunjukkan sikap perhatian
kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk bekerja sama dengan teman, tidak
cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.
4)
SLB-D: untuk tuna daksa (cacat
tubuh)
·
Metode pengajaran:
a. ceramah
b. diskusi
kelompok
c. praktek
(agar lebih mandiri)
·
Fasilitas: terdapat tangga yang rata
tanpa anak tangga sehingga memudahkan murid yang menggunakan kursi roda,
wastafel rendah agar murid tidak perlu dibantu berdiri untuk mencuci tangan,
dll.
5) SLB-E:
untuk tuna laras (emosi)
·
Metode pengajaran: Teacher Centered
Learning (TCL), karena dibutuhkan kontrol dari pengajar agar tidak terjadi
kecelakaan akibat keterbatasan atau kekurangan pengendalian emosi.
·
Manajemen kelas: gaya kluster dan
auditorium, disesuaikan dengan kondisi kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar